oleh

Damai Pasca Pemilu

Berandang.com– Kita terlahir dalam sebuah Negara kesatuan, menjunjung tinggi nilai moral dan toleran, kenapa demikian?, semua itu tidak lain dan tidak bukan karena ragamnya budaya, agama, suku dan adat istiadat begitu beragam di negeri ini. Indonesia dengan ideology pancasila, sila ketiga sudah menjadi tonggak yang kokoh bagi bangsa ini. “Persatuan  Indonesia”, sudah sepantasnya saling menjaga, mengayomi, menolong antar sesama. Perlu dipahami Indonesia adalah bangsa majemuk. Kemajemukan itu di satu sisi berkah, tetapi disisi lain musibah. Perbedaan terkadang muncul, menjadi suatu hal yang berujung permusuhan. Semua itu terjadi jika terus menerus di permasalahkan dengan adanya perbedaan. Bukankh damai lebih menyenangkan?.

Dewasa ini, tahun 2019 menjadi tahun demokrasi. Dimana pemilihan presiden menjadi perhatian kusus bagi masyarakat Indonesia, dari kota hingga pelosok desa. Para calon-calon petinggi berkompetisi dalam membangun negeri. Melakukan berbagai cara dan upaya untuk mengsukseskan kubunya dalam pemilu. Sudah bukan menjadi hal asing bukan, jika tahun ini banyak nya media yang dijadikan alat untuk mengembar-gemborkan suara lantang dengan janji-janji penuh kesukaran terlontarkan. Terkadang tak banyak media saling serang, menebar kebencian, kebohongan hingga fitnah.

 Miris dan tragis, mungkin dua kata ini yang cocok untuk situasi saat ini. Menyaksikan konglomerasi media membuat isu-isu yang tak sewajarnya terjadi. Namun begitulah fenomena yang terjadi. Saling serang, saling terkam bahkan menjatuhkan lawan. Imbasnya tak lain yaitu para masyarakat yang kebingungan bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya, kemana ia harus mencari kebenaran dari informasi media yang membabi buta menebar kebencian dan kebohongan, sulit tuk di fikirkan.

Pemilihan presiden tinggal menghitung waktu, detik demi detik akan terasa begitu cepat berlalu. 17 April 2019 menjadi penentu. Ribuan masyarakat akan berdatangan menghampiri bilik-bilik pemilu, membuka selembar kertas, mengenggam paku dan mencoblos pilihannya. Waktu yang tak banyak ini, jangan jadikan sebagai waktu setan, berkeliaran mencari mangsa, menyogok uang demi tercapainya keinginan.

Mulailah bangkit, menegakkan kebenaran, mensukseskan keberlangsungan pemilu yang damai, aman tentram dan nyaman. Memang pemilu tahun ini dirasakan sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Seiring perkembangan zaman yang maju, teknologi semakin berkembang. Disanalah letak perbedaan yang semakin terasa bagi pemilu tahun ini. Namun disisi kemajuan teknologi yang semakin maju, pemilu tahun ini begitu banyak problematika, begitubanyak retorika-retorika tanpa makna, bahkan Agama diikut sertakan dalam politiknya. Yang menjadi pertanyaaan akankah pemilu damai bisa tercipta di negeri ini, bersih, jujur dan adil akankah tercipta atau hanya retorika belaka.

Semua bisa saja terjadi, pemilu bukanlah ajang pertarungan, ujaran kebencian atau bahkan fitnah berkepanjangan. Perbedaan dalam pemilu jelas di rasa, karena perkara pilih memilih urusan pribadi. Namun perbedaan itu bukan lah penghalang untuk saling serang, saling terkam bagaikan singa yang kelaparan. Kita tercipta dari rumpun perbedaan tapi kita di persatukan dalam balutan Kebhinekaan “ meski berbeda-beda namun tetap satu tujuan”. Pemilu akan damai, tentram dan aman jika para pemimpin mampu merubah persepsi bahwa pemilu bukanlah ajang tuk saling serang atau menjatuhkan lawan. Jadikanlah pemilu sebagai ajang untuk saling memperkuat kebhinekaan, menyatukan perbedaan agar tercipta pemilu damai yang didampakan masyarakat Indonesia.

Untuk itu, waktu yang tak banyak ini, gunakanlah untuk saling intropeksi diri, saling sambung silaturahmi, menjaga keberagaman,  menyatukan perbedaan. Rangkul kawan, berjabat tangan, tebar senyuman agar keberkahan paska pemilu damai dan nyaman terwujudkan. Indonesia bukan Negara anarkis, Indonesia adalah masyarakat ramah, pribadi yang baik dan pekerja keras itulah indonesia. Maka untuk apa kita saling bermusuhan hanya sebuah perkera kemenangan lima thunan. Masih banyak hal yang perlu di lakukan. Untuk Indonesia di masa depan.

Maka sudah sebaik nya kita sama-sama melangkah, mempererat tali persaudaraaan. Pasca pemilu adalah paska hikmah, dimana keihlasan harus tertanam dalam hati karena disana akan ada penentuan siap yang menjadi pemimpin bangsa berikutnya. Jika pemilu kita asumsikan sebagai pemilihan bersama, untuk kemajuan bersama dan kebangkitan demi negeri tercinta. Maka meski berbeda pilihan, tak akan menggoyahkan amarah tuk saling serang antar lawan. Damai,, damai,, dan damai,,, untuk Indoneisa yang beragam, dipersatukan dalam Kebhinekaan mewujudkan kesejahteraan.

*(Siroy Kurniawan; Mahasiswa Megister Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *